Click Here For Free Blog Backgrounds!!!
Blogaholic Designs

Rabu, 30 Desember 2015

Papa & Malam Tahun Baru

Bagiku, untuk tiga tahun terakhir ini setiap akhir tahun adalah saat-saat dimana aku sedikit berbeda dengan orang-orang lain yang merayakan malam tahun baru bersama keluarganya. Mungkin kebanyakan dari mereka akan menghabiskan waktu sepanjang malam dengan canda tawa bersama kerabat & keluarga. Meski tahun lalu, saat malam pergantian tahun baru aku merayakan bersama teman-teman crew di Sentani, Jayapura... Jauh di lubuk hati ini, sebetulnya aku merasakan kesedihan yang hebat.

30 desember 2012, hari dimana ayahku berpulang ke pelukan sang khalik... Membuatku tidak akan pernah bisa menghentikan air mata ini jika mengingat sosoknya yang berhati lembut dan berjiwa disiplin pada anak-anaknya. 3 tahun sudah papa pergi meninggalkan mama dan ke enam anaknya, juga cucu-cucunya.


Papa... Ya! Sejak kecil aku memang lebih dekat dengan papa. Entah memang sudah menjadi hukum alam jika seorang anak gadis bungsu lebih dekat dengan ayahnya, atau memang karena aku selalu merasa tidak ingin jauh darinya. Entahlah, yang jelas ketulusan kasih sayang yang papa berikan sejak aku kecil hingga hari dimana ia pergi masih terasa hingga detik ini.

(Dari kiri: Pamanku adiknya Papa, Alm. Nenekku, Alm. Papaku memangkuku)

Betul, seperti yang di katakan kakakku kak Dian di status Facebook nya tanggal 30 desember 2015 kemarin, bahwa sebetulnya papa memang tidak pernah mengajarkan kami untuk menghabiskan waktu diluar rumah saat malam tahun baru dengan pesta kembang api, atau meniup terompet seperti anak kecil yang sedang berulang tahun, dan kehedonisme-an lainnya. Walau sesungguhnya beliau tidak melarang kami melakukan itu sih. Dan ya, kami tetap saja melakukannya. Hihihi...

Tidak di pungkiri setiap malam tahun baru berlangsung aku selalu merengek pada papa untuk minta dibelikan kembang api, petasan, bahkan terompet (walau sudah SMA loh). Dengan wajah kesal papa selalu mengiyakan apa yang aku mau. Juga malam-malam tahun baru lainnya yang sering ku lewati bersama kakakku lainnya. Baik di luar kota, maupun hanya menghabiskan sepanjang malam di kota Jakarta.

Aku ingat saat malam tahun baru yang telah lalu, tepatnya tahun berapa aku tidak ingat. Kala itu, aku dan ponakanku si kembar Fauzan dan Hadyan sedang menyalakan api pada sumbu petasan yang akan kami bakar, lalu papa memberikan kami sedikit wejangan...

"Sebetulnya... Opah (sebutan papaku untuk cucu-cucunya karena saat itu bukan hanya aku yang ada disitu tapi juga ada dua ponakanku) dulu waktu di kuningan (jawa barat) setiap malam tahun baru dikamar aja, baca do'a, baca qur'an, shalat malam, sama dzikiran sampai pagi. Berharap sama Allah agar tahun berikutnya opah masih dikasih nikmat sehat dan bisa jadi orang yang berguna. Opah kecil dulu susah, opah gak mau tua nanti opah juga susah. Jadi opah setiap malam tahun baru sampe sekarang selalu berdo'a dan minta sama Allah supaya opah bisa terus menghidupi anak istri kalau perlu sampai habis tenaga opah..."

Aku masih ingat gaya dan nada bicara papa saat itu. Memang papa dimata kami anak-anaknya, cucu-cucunya, bahkan mama, terkenal tegas dan mendidik, walau sebetulnya beliau asli orang sunda Kuningan, Cirebon. Beliau termasuk orang yang keras dalam membina kami untuk menjadi anak-anak yang bisa menghargai segala hal. Baik menghargai uang, waktu, maupun menghargai hidup. 

Ku tarik sedikit kesimpulan yang bisa ku ambil dari kehidupan papa sejak kecil hingga tutup usia...

Beliau selalu menghargai uang, waktu, dan yang terpenting menghargai hidup. Sesulit apapun hidup, tetap papa menjalaninya sepenuh hati. Mendonorkan darah demi mendapat sekaleng susu untuk anak-anaknya, memeluk kami saat sedang demam dengan berharap panas yang kami rasakan pindah ke tubuhnya, menumpangi truk ayam bersama kakakku yang masih kecil demi menempuh perjalanan dari Cepu menuju Jakarta setelah papa menjalani Pendidikan di AKAMIGAS, karena saat itu papa tidak memiliki ongkos untuk menaiki angkutan umum. Menungguku di depan pagar rumah hingga pukul 10 malam karena aku belum pulang dari pesta ulang tahun teman. Dan masih banyak lagi bentuk perhatian dan keperihatinan hidup dari papa yang sangat berharga dimata kami anak-anaknya.

Papa merangkak sabar menghidupi anak istrinya hingga ia menjadi seperti yang selalu papa inginkan dan papa ucapkan dalam do'anya, disela air matanya yang berjatuhan tanpa kami tahu, disela keringatnya yang membasahi kening dan tubuhnya ia ikhlas memikul beban dan menjalani hidup demi kami. Disela senyum bahagianya saat bisa membelikan kami mainan dan tas baru, walau sebetulnya butuh berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang demi membeli itu semua. 


Kini kami tumbuh dewasa karena didikannya. Menjadi tegar, mandiri, membangun keluarga dan menerusi jejaknya, meski sifat manja, cengeng dan menyerah pada pahitnya jalan hidup masih sering menguasai jiwa kami... Namun yang kami tahu, kami tidak pernah merasakan beratnya kehidupan seberat yang papa alami selama papa membesarkan kami. 

Kami sadar, 
Sampai kapanpun jasa yang telah papa berikan pada kami tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun. 

Yang kami bisa lakukan saat ini adalah..

Berusaha menjadi yang terbaik dalam menjalani sisa hidup dan waktu yang terus bergerak untuk menanti tibanya malaikat sang penghenti detak jantung. Mengirimkannya do'a, memohon ampun pada diri sendiri karena kesalahan yang kami buat di dunia ini turut serta menambah siksa bagi papa disana. Naudzubillahimindzaalik.


Allahuakbar... Allah engkau Maha Besar.
Sampaikanlah salam rindu & cinta dari kami anak, istri dan cucu papa. Berilah ia tempat terbaik-Mu ya Rabbi. Kumpulkanlah papa bersama sahabat Rasul dan hamba-hambaMu yang engkau cintai. Ampunilah kami anak-anaknya yang masih sering melakukan kesalahan, melalaikan perintah dan kewajiban yang harus kami jalani. Kami tidak ingin kesalahan dan dosa yang kami lakukan menambah siksaan pada papa ya Allah. Biarlah kami yang merasakan bara api-Mu... Kamilah yang pantas mendapatkannya.

Papa...
Kami rindu papa.
Kami sayang papa.
Selamanya.

Facebook: Elna Maisella
Path: Elna Maisella
Twitter: @elnamai
Instagram: imelna

0 mind to comment?:

Posting Komentar