Click Here For Free Blog Backgrounds!!!
Blogaholic Designs

Jumat, 24 Juni 2016

Bahagia!


Terlahir menjadi seorang gadis yang sangat mengidam-idamkan bekerja diantara kerumunan awan adalah kebanggaan tersendiri untukku. Dampaknya begitu positive untuk aku dan keluarga. Banyaknya dukungan serta do'a yang selalu di panjatkan ibu dan kakakku membuatku selalu terlindungi di dalam menjalani tugas, hari demi hari...

Setelah memutuskan kemana lagi kakiku ini harus melangkah, dan sudah berbulan-bulan lebih tidak terbang, ternyata memang aku sangat-sangat merindukan memakai seragam, menarik koper di tengah bandara, bertemu penumpang di dalam pesawat, membriefing penumpang bagaimana cara membuka jendela darurat, menolong ibu atau bapak tua untuk mencari kursi serta membantu menyimpan barang bawaannya di bagasi kabin. Percaya atau tidak, air mataku pecah jika mengingat atmosfir indah itu.

Ya... Aku berdo'a pada Allah, meminta petunjuk kepadanya, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan ridha dariNya dalam menjalani sisa hidup yang singkat ini. Aku berharap, semua yang aku lakukan dan aku jalani akan bermanfaat dalam segala aspek.

Iseng-iseng buka website career milik Garuda Indonesia, aku membaca adanya lowongan untuk Initial Flight Attendant (Regular). Seketika, seperti ter-flash-back kembali di dalam ingatanku (walau sebetulnya aku ini termasuk orang yang pikunan loh), saat itu sekitar tahun 2012 hari dimana aku pertama kali melamar kerja menjadi pramugari untuk Garuda Indonesia, dan aku fail. Aku gagal. Aku pulang ke rumah dengan tangan kosong. Setelah aku diam dalam lamunanku mengingat ratusan perempuan cantik yang juga melamar di hari yang sama, kemudian bisikan itu datang...

"Elna... Segini aja keberanian lo? Takut gagal lagi, Na? Terus lo mau ngapain sekarang? Jadi pilot? Sanggup emang bawa pesawat?! Biaya sekolahnya aja udah ngabisin berapa ratus juta? Mau sampe kapan lo nyusahin nyokap? Waktu terus berjalan, Na! Lo gak bakal tau kalo lo gak nyoba lagi! Gak usah kebanyakan mikir! Isi application form nya sekarang dan apply! NOW!"




Yap! Akhirnya, setelah sempat bertengkar dengan hati kecil sendiri... Aku mengisi application form yang ada di career.garuda-indonesia.com. Selang 3 hari, aku menerima Invitation dari Garuda melalui email untuk mengikuti walk in interview pada hari sabtu. Aku sibuk menyiapkan ini dan itu. Semua keperluan yang dibutuhkan aku siapkan sebaik mungkin.

Tibalah hari sabtu, percaya gak percaya, ternyata hari itu jauh lebih ramai dari pada 4 tahun yang lalu. "Gila..." Pikirku dalam hati. Aku menerima informasi bahwa pelamar yang datang pada hari itu sekitar 900 lebih atau nyaris 1000 pelamar. Aku mengikuti tahap demi tahapan, ternyata di hari yang sama aku dinyatakan lolos untuk ke tahap selanjutnya, sampai tibalah aku di tahap terakhir yaitu PANTUHIR atau Pantauan Akhir. Sedikit info, aku menghabiskan waktu untuk menjalani proses rekrutmen sekitar kurang lebih sebulan setengah dari tahap pertama hingga ke tahap PANTUHIR. Bisa dibayangkan betapa banyaknya tahapan-tahapan itu kan? Ya, aku akui... Garuda memang sangat selektif dalam memilih.

Sedikit shock, karena dari sekian ratus orang hanya tersisa 31 calon pramugari saat PANTUHIR berlangsung (termasuk aku). Itupun, dari gelombang-gelombang yang berbeda. Jadi kalau di ingat kembali, dari gelombangku waktu hari sabtu itu (hari pertama aku melamar), yang tersisa kalau tidak salah hanya 3 orang termasuk aku hingga saat PANTUHIR diadakan. Dan sisanya dari gelombang-gelombang yang lain. Syukur alhamdulillah, ternyata Allah begitu sayang kepadaku hingga beliau memudahkan langkahku.

Setelah dinyatakan lulus, jingkrak-jingkrakkan bahagia! Nangis juga. Lari lari ngiterin kamar karena bingung antara percaya sama tidak. Dan... Intinya, susah untuk dijelaskan betapa bahagianya aku karena lulus di Garuda! Garuda loh! Gimana gak panik karena bisa jadi bagian dari world's best cabin staff?

Aku menyiapkan keperluan yang dibutuhkan untuk training di Garuda Indonesia Training Center, di Duri Kosambi. Super duper excited, sedikit masih tidak percaya ternyata aku di terima. Mungkin karena aku memiliki background kerja di airline, atau mungkin ya... Ya ini memang sudah jalannya yang diberikan oleh Allah.




3 bulan masa ground training aku lalui dengan penuh suka cita, tangis haru karena setiap materi di lalui dengan hasil yang memuaskan. Mulai dari flight safety training hingga service training. Menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat baru dari yang baru lulus SMA, yang udah pernah kerja di perusahaan lain, yang baru menyelesaikan kuliahnya, sampai yang memiliki pengalaman menjadi pramugari juga seperti aku.

Well,
Finally batch ku sampai juga di tahapan training paling akhir. Yaitu Flight Training. Alhamdulillah, so far... Setelah aku menjalankan masa-masa flight training, aku bisa mengikuti ritme dan susunan kerja yang harus aku lakukan dari pertama kali aku memasuki pesawat hingga aku meninggalkan pesawat. Perbedaan dengan maskapai ku yang sebelumnya tentu ada, namun hal itu gak jadi masalah yang besar buat aku. (Harus dong, pastinya! Yang lulus SMA dan bener-bener zero hour aja harus dituntut bisa professional. Gimana aku yang udah punya pengalaman?)

Anyway,
Saking banyaknya hal indah, suka dukacita yang aku laluin selama masa training di Garuda Indonesia ini, dari hari pertama aku Jungle Survival di Jatiluhur. Belajar materi safety yang bikin sebagian dari teman-temanku berfikir untuk mengakhiri ini semua karena mereka gak sanggup. Tapi karena dukungan dari kita semua yang menguatkan mereka dan meyakinkan bahwa sesulit apapun materi yang kita pelajari, pasti bisa di garap. Bayangin, berapa ribu pelamar yang berhasil kita singkirin dan nyali kita cuman sampe disini aja? Gak dong, gak ada kata menyerah buat seorang Flight Attendant. Penumpang mengandalkan kita, kalau kita cengeng.... Lantas minta tolong sama siapa? Hahahaha.






Belom lagi saat di kerjain abis-abisan sama temen sekelas, termasuk instruktur Galley Skill ku. Dibikin nangis sejadi-jadinya, ternyata mereka mengadakan selebrasi kecil dan surprise untukku yang saat itu sedang berulang tahun. Aaah, so many things. Aku sampe bingung, gak tau mau cerita apa lagi. Karena memang banyak banget. Ya! Baaaaanyak banget. Terlalu banyak hal seru yang aku alamin, bikin aku terlalu excited untuk nulis disini sampai bingung nyusun kata-katanya gimana.






Gini-gini...
Menurutku, setiap hal yang kita lalui hari demi hari akan selalu ada cerita dan pelajaran yang terselip disana. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bukan berarti yang negative terus ditanggapi negative.

Salah satu sahabatku yang kebetulan 1 batch denganku pernah bilang:

"Lakuin apa yang bikin lo bahagia."
-Helvira K. Djunaidi (makasih kak, cinta banget gue sama lo. Pengen post foto kita berdua sih, tapi ternyata aib semua. Yang ada readers gue pada kabur hahah)

Lakukan apa yang bikin kita bahagia, yang bikin kita jauh dari kesedihan dan pikiran yang negative. Bukan berarti mentang-mentang harus bahagia terus jadi ngelakuin hal yang enggak-enggak. Nggak ya!!!




I meant, dalam kesendirian pun banyak hal bahagia yang bisa di lakuin. Aku salah satu orang yang sering bengong kalo lagi sendirian. Bengong yang ada isinya ya di pikiran. Soalnya nanti kesambet kalo bengong beneran. Yaa, banyak hal yang terlintas di kepalaku. Seperti misalnya kenangan indah sama almarhum papa, kenangan indah saat aku kecil, atau kenangan indah bareng temen dan pacar. Emang sih, sadar atau enggak pasti jadi senyam senyum sendiri. Tapi nih, lebih jitu lagi kalo pas bengong kayak gitu kita curhat dalem hati. (Makhluk mana sih di dunia ini yang belum tau kalo Allah maha mengetahui isi hati manusia?) curhat aja, kalaupun nanti ujungnya ngeluarin air mata... Itu air mata bahagia kok. Bahagia karena at least curhat kita udah di dengar sama Beliau. Makin bahagia lagi kalo di sambung sama shalat, baca qur'an, dzikir. Pasti pada males. Pasti! Aku juga gitu kok, hehehe. Emang harus di paksa dari dalam hati. Disadarin, sampai benar-benar sadar kalau kita gak pernah sendiri. Dalam kondisi sesulit apapun itu, i'm telling you: "Allahu maa ana"

Elna emang paling jago ngomong yah, hihih. Sebenernya, aku sendiri juga gak sesempurna itu sih hahahah. Tapi aku berani bersumpah, tempat mengadu yang paling ngelegain hati itu ya cerita sama beliau. Jaraknya dekat kok, cuman sejauh kening dan sajadah aja kan? (Lagi alim banget ya si elna kali ini hihi)

Jadi... Hmm.
Jadi cocoknya judul tulisan hari ini apa ya? Ah, gak usah perdulikan judulnya dulu deh. Intinya adalah:

Life is all about taking chances, appreciating memories, learning from the past, and finding happiness. Kebahagiaan itu gak boleh di tunda. Bahagia itu bukan besok atau kemarin. Bahagia itu sekarang. Kita sendiri yang bikin, kita sendiri yang ciptain, kita sendiri yang ngerasain.

Sekian dulu yaa cerita hari ini. InshaAllah bisa jadi motivasi buat temen-temen FA wannabes out there. Kurang lebihnya mohon maaf yah, semoga sama-sama dikasih umur yang panjang dan bisa sharing pengalaman lagi besok-besok disini.

Anyway! Selamat menunaikan ibadah puasa ya teman-teman sesama muslim. Mohon maaf lahir dan bathin!

Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakatuhu...

Sampai bertemu di cerita berikutnya!!




Facebook: Elna Maisella
Path: Elna Maisella
Twitter: @elnamai
Instagram: imelna
Email: emaisella@yahoo.com

Thank you! ❤️



Rabu, 30 Desember 2015

Papa & Malam Tahun Baru

Bagiku, untuk tiga tahun terakhir ini setiap akhir tahun adalah saat-saat dimana aku sedikit berbeda dengan orang-orang lain yang merayakan malam tahun baru bersama keluarganya. Mungkin kebanyakan dari mereka akan menghabiskan waktu sepanjang malam dengan canda tawa bersama kerabat & keluarga. Meski tahun lalu, saat malam pergantian tahun baru aku merayakan bersama teman-teman crew di Sentani, Jayapura... Jauh di lubuk hati ini, sebetulnya aku merasakan kesedihan yang hebat.

30 desember 2012, hari dimana ayahku berpulang ke pelukan sang khalik... Membuatku tidak akan pernah bisa menghentikan air mata ini jika mengingat sosoknya yang berhati lembut dan berjiwa disiplin pada anak-anaknya. 3 tahun sudah papa pergi meninggalkan mama dan ke enam anaknya, juga cucu-cucunya.


Papa... Ya! Sejak kecil aku memang lebih dekat dengan papa. Entah memang sudah menjadi hukum alam jika seorang anak gadis bungsu lebih dekat dengan ayahnya, atau memang karena aku selalu merasa tidak ingin jauh darinya. Entahlah, yang jelas ketulusan kasih sayang yang papa berikan sejak aku kecil hingga hari dimana ia pergi masih terasa hingga detik ini.

(Dari kiri: Pamanku adiknya Papa, Alm. Nenekku, Alm. Papaku memangkuku)

Betul, seperti yang di katakan kakakku kak Dian di status Facebook nya tanggal 30 desember 2015 kemarin, bahwa sebetulnya papa memang tidak pernah mengajarkan kami untuk menghabiskan waktu diluar rumah saat malam tahun baru dengan pesta kembang api, atau meniup terompet seperti anak kecil yang sedang berulang tahun, dan kehedonisme-an lainnya. Walau sesungguhnya beliau tidak melarang kami melakukan itu sih. Dan ya, kami tetap saja melakukannya. Hihihi...

Tidak di pungkiri setiap malam tahun baru berlangsung aku selalu merengek pada papa untuk minta dibelikan kembang api, petasan, bahkan terompet (walau sudah SMA loh). Dengan wajah kesal papa selalu mengiyakan apa yang aku mau. Juga malam-malam tahun baru lainnya yang sering ku lewati bersama kakakku lainnya. Baik di luar kota, maupun hanya menghabiskan sepanjang malam di kota Jakarta.

Aku ingat saat malam tahun baru yang telah lalu, tepatnya tahun berapa aku tidak ingat. Kala itu, aku dan ponakanku si kembar Fauzan dan Hadyan sedang menyalakan api pada sumbu petasan yang akan kami bakar, lalu papa memberikan kami sedikit wejangan...

"Sebetulnya... Opah (sebutan papaku untuk cucu-cucunya karena saat itu bukan hanya aku yang ada disitu tapi juga ada dua ponakanku) dulu waktu di kuningan (jawa barat) setiap malam tahun baru dikamar aja, baca do'a, baca qur'an, shalat malam, sama dzikiran sampai pagi. Berharap sama Allah agar tahun berikutnya opah masih dikasih nikmat sehat dan bisa jadi orang yang berguna. Opah kecil dulu susah, opah gak mau tua nanti opah juga susah. Jadi opah setiap malam tahun baru sampe sekarang selalu berdo'a dan minta sama Allah supaya opah bisa terus menghidupi anak istri kalau perlu sampai habis tenaga opah..."

Aku masih ingat gaya dan nada bicara papa saat itu. Memang papa dimata kami anak-anaknya, cucu-cucunya, bahkan mama, terkenal tegas dan mendidik, walau sebetulnya beliau asli orang sunda Kuningan, Cirebon. Beliau termasuk orang yang keras dalam membina kami untuk menjadi anak-anak yang bisa menghargai segala hal. Baik menghargai uang, waktu, maupun menghargai hidup. 

Ku tarik sedikit kesimpulan yang bisa ku ambil dari kehidupan papa sejak kecil hingga tutup usia...

Beliau selalu menghargai uang, waktu, dan yang terpenting menghargai hidup. Sesulit apapun hidup, tetap papa menjalaninya sepenuh hati. Mendonorkan darah demi mendapat sekaleng susu untuk anak-anaknya, memeluk kami saat sedang demam dengan berharap panas yang kami rasakan pindah ke tubuhnya, menumpangi truk ayam bersama kakakku yang masih kecil demi menempuh perjalanan dari Cepu menuju Jakarta setelah papa menjalani Pendidikan di AKAMIGAS, karena saat itu papa tidak memiliki ongkos untuk menaiki angkutan umum. Menungguku di depan pagar rumah hingga pukul 10 malam karena aku belum pulang dari pesta ulang tahun teman. Dan masih banyak lagi bentuk perhatian dan keperihatinan hidup dari papa yang sangat berharga dimata kami anak-anaknya.

Papa merangkak sabar menghidupi anak istrinya hingga ia menjadi seperti yang selalu papa inginkan dan papa ucapkan dalam do'anya, disela air matanya yang berjatuhan tanpa kami tahu, disela keringatnya yang membasahi kening dan tubuhnya ia ikhlas memikul beban dan menjalani hidup demi kami. Disela senyum bahagianya saat bisa membelikan kami mainan dan tas baru, walau sebetulnya butuh berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang demi membeli itu semua. 


Kini kami tumbuh dewasa karena didikannya. Menjadi tegar, mandiri, membangun keluarga dan menerusi jejaknya, meski sifat manja, cengeng dan menyerah pada pahitnya jalan hidup masih sering menguasai jiwa kami... Namun yang kami tahu, kami tidak pernah merasakan beratnya kehidupan seberat yang papa alami selama papa membesarkan kami. 

Kami sadar, 
Sampai kapanpun jasa yang telah papa berikan pada kami tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun. 

Yang kami bisa lakukan saat ini adalah..

Berusaha menjadi yang terbaik dalam menjalani sisa hidup dan waktu yang terus bergerak untuk menanti tibanya malaikat sang penghenti detak jantung. Mengirimkannya do'a, memohon ampun pada diri sendiri karena kesalahan yang kami buat di dunia ini turut serta menambah siksa bagi papa disana. Naudzubillahimindzaalik.


Allahuakbar... Allah engkau Maha Besar.
Sampaikanlah salam rindu & cinta dari kami anak, istri dan cucu papa. Berilah ia tempat terbaik-Mu ya Rabbi. Kumpulkanlah papa bersama sahabat Rasul dan hamba-hambaMu yang engkau cintai. Ampunilah kami anak-anaknya yang masih sering melakukan kesalahan, melalaikan perintah dan kewajiban yang harus kami jalani. Kami tidak ingin kesalahan dan dosa yang kami lakukan menambah siksaan pada papa ya Allah. Biarlah kami yang merasakan bara api-Mu... Kamilah yang pantas mendapatkannya.

Papa...
Kami rindu papa.
Kami sayang papa.
Selamanya.

Facebook: Elna Maisella
Path: Elna Maisella
Twitter: @elnamai
Instagram: imelna

Minggu, 22 November 2015

Bom Waktu

Aku ini ya aku.
Aku ini ya begini.
Aku ini perempuan.
Aku mungkin sedikit egois.
Aku mungkin si bayi besar yang cengeng.
Sedikit-sedikit meneteskan air mata.

Aku dilahirkan oleh seorang ibu yang berhati lembut dan berjiwa besar.
Aku memiliki saudari yang banyak.
Aku selalu dikelilingi oleh sanak keluarga yang kebanyakan dari mereka adalah perempuan.
Ya, perempuan!

Pada dasarnya mungkin, aku adalah seseorang yang keras.
Keras kepala.
Dan mungkin bisa jadi akupun orang yang keras hati. 
Tergantung kamu ingin menilaiku seperti apa.

Setiap pasangan diciptakan untuk saling memiliki.
Itulah mengapa Sang Penguasa Langit dan Bumi memiliki julukan "Maha Adil".

Ada si pendiam, maka dilengkapilah oleh si periang.
Ada si pemarah, maka dilengkapilah oleh si peredam amarah.
Ada si 'selalu benar', maka dilengkapilah oleh si 'tukang mengalah'.

Mungkin iya, aku selalu diam.
Mungkin iya, aku selalu mengangguk.
Mungkin iya, aku selalu merasa sependapat meski hati kerap kali memberontak.

Bagai bom yang siap meledak, waktu itu terus berjalan. 
Bagai terhempas oleh ombak, cepat atau lambat batu itu semakin terkikis.

Aku tau, aku banyak salah....
Aku tau, kamu selalu benar....



Tapi,
Enggakkah kamu mau berfikir sejenak?
Seberapa lama aku menahan ini semua?
Tapi,
Enggakkah kamu mau berfikir sejenak?
Bahwa watak dan sifat itu bedanya lebih tipis dari antara angka 11 dan 12? 

Mungkin inilah saatnya, bom itu meledak dan menghancurkan segalanya.

Pada dasarnya, aku ini seorang wanita yang juga dilahirkan dari rahim seorang wanita yang suci hatinya.

Allah menciptakan kami, para kaum wanita dari tulang rusuk. Bentuknya tidak lurus. Bengkok. Sudah menjadi sifat alami jika kami lebih sensitive dan cengeng. Lebih sering menggunakan hati daripada akal. 

Sudah menjadi sifat alami jika kami lebih mudah tersinggung, meski hanya berguyon.

Dalam hadits diriwiyatkan oleh Aisyah r.a bahwa Rasulullah S.A.W bersabda, 

"Sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya."

Sebagaimana yang kita ketahui, jika kita meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW salah satu diantaranya ialah, beliau tidak pernah berlaku dan berkata kasar pada istri-istrinya. Bahkan beliau memiliki panggilan untuk istrinya dengan sebutan yang terdengar indah, "Humaira" yang mana artinya "si kemerah-merahan".

Allah menciptakan seorang laki-laki untuk menjadi imam yang bisa menuntun keluarganya ke surga.
Bisa mengayomi!
Bisa memimpin!
Dengan sistem afiliatif dan demokratis!
Bukan otoriter!

Aku ini ya aku.
Aku ini ya begini.
Aku ini perempuan.
Aku mungkin egois, manja, sensitive dan cengeng.

Karena yang terlalu lama disimpan, pada akhirnya akan meledak juga. 
Meledak karena tidak ada muatan lagi. 
Meledak karena sudah melebihi kapasitas.

Bagai BOM WAKTU, ia akan meledak jika detiknya telah berada pada angka 00.00.

Aku berharap kamu mau berfikir.
Aku berharap akupun bisa berbesar hati untuk menghilangkan sifat 'egois' ini.

Mana tau, ada rencana indah lain yang telah Allah siapkan untuk kita berdua suatu hari nanti. Yah, mumpung kita belum terikat apapun, beliau menyediakan kita waktu untuk merenungkan ini dan meruncingkan niat yang sudah kita miliki sejak lama.

Meski harus tetap waspada... 
Entah siapa dulu yang lebih awal menjemput.
Jodoh ataukah ajal?

Semoga berhasil untuk kamu, maaf aku nggak pernah sukses 100% untuk memenuhi dan menjadi apa yang kamu inginkan selama ini.

Sehat-sehat terus ya! 
Semoga selalu dalam cinta-Nya
Semoga selalu dalam lindungan-Nya :')

Path: Elna Maisella
Facebook: Elna Maisella
Twitter: @elnamai
Instagram: imelna
Email: emaisella@yahoo.com

Selasa, 03 November 2015

Senandung Kehidupan

Hidup itu bukan soal bangun tidur di pagi hari, pergi ke kampus atau ke kantor, lalu pulang ke rumah dan istirahat. 

Hidup itu bukan soal mendapat kebahagiaan dengan memiliki uang banyak dan kerabat di mana-mana.

Hidup itu bukan soal memiliki masalah lantas mencari solusi yang berlawanan dengan arah jarum kompas.

Hidup tidak sehedon itu.

Hidup tidak semonoton itu.


Hidup itu bagai peri kecil bersayap patah di tengah lebatnya ilalang yang tinggi.

Berteman sepi, seorang diri.

Ingin terbang namun tidak bisa.

Ingin berjalan namun banyak semut dan serangga jahat di sekitarnya.

Tidak memiliki kemampuan untuk melawan.

Selalu terjatuh setiap kali ada lubang dalam yang tidak terlihat.

Demi keluar dari ilalang tersebut, mau tidak mau harus terus berjalan.

Bahkan tidak jarang sesekali sang peri harus memanjati dahan ilalang hingga berada di atas pucuk demi melihat apakah jalan keluarnya sudah dekat ataukah masih jauh?


Peri kecil malang yang harus terus berjalan dengan penuh kehati-hatian.

Terkadang ia merasa lelah, terkadang ia merasa haus dan lapar. 



Hingga malam tiba, sinar matahari yang tadinya menyusupi sela-sela ilalang kini sirna. 

Gelap datang. 

Nyanyian sang burung di kala cerahnya hari tergantikan oleh gemuruh angin yang kencang.

Dingin, hampa dan mencekam.

Peri kecil perlu beristirahat, agar ketika sang fajar tiba, ia sudah memiliki cukup energi untuk melanjutkan perjalanan.


Ketika sang penerang bumi terbit, peri kecil terbangun.

Untuk sesaat ia termenung cukup lama, mengingat mimpinya semalam yang masih tergambar jelas dalam benaknya.


"Dengarlah, ketika dewasa nanti... Kamu akan bertemu begitu banyak hal yang sulit untuk kamu pahami. Akan tiba masa dimana kamu harus berjuang melawan kerasnya kehidupan. Berperang pada bisikan hati dan akal. Hanya kamu yang tahu manakah jalan yang terbaik. Hanya kamu yang bisa memutuskannya. Ketika kamu berhasil melalui segalanya, kamu akan sadar bahwa senandung kehidupan itu sungguh merdu. Bahkan menjadi simfoni dengan alunan melodi yang indah. Teruslah berjalan, teruslah berjuang, kamu tidak sendiri. Ada aku disini." Ratu peri yang cantik mengelus pelan kepala sang peri kecil bersayap patah.


Mimpi yang indah.

Mimpi yang sangat indah, hingga tangisnya memecah atas kerinduannya pada sang Ratu.


Sang peri kecil berdiri dengan penuh semangat, sesekali ia merasakan sakit yang hebat dari bagian sayapnya yang patah. 


Kini ia sadar, 

Ketika ia terbang tinggi, dengan mengepakkan sayap lebarnya di udara... Bukan berarti dia yang paling hebat. Masih ada burung-burung yang lebih besar bahkan terkadang usil menabraknya kencang hingga akhirnya ia terjatuh dan membuat sayapnya patah. 


Kini ia sadar,

Ketika ia sedang berada di antara awan-awan cantik seputih kapas ia harus ingat bahwa masih ada langit biru yang luas lagi di atas sana. 


Kini ia sadar,

Kebahagiaan yang abadi itu bukan sekedar memiliki sayap. 

Kebahagiaan yang abadi itu bukan merasa paling berjaya ketika diatas awan, lalu melirik ke daratan, melihat semua yang ada dibawah bagai partikel-partikel kecil yang tidak berarti.

Ia sadar, makhluk-makhluk yang ada di daratan pun melihatnya begitu kecil dan tidak berarti ketika di atas sana.


Kebahagiaan yang abadi adalah...

Ketika ia terus melangkahkan kaki kecilnya demi mencari celah untuk keluar dari ilalang lebat yang mengerikan.

Ketika ia berhasil menahan lapar dan haus.

Ketika ia berhasil menahan sakit dari luka yang ada pada sayapnya.

Ketika ia berhasil menjinakkan serangga mengerikan sekalipun.


Hingga akhirnya...

Ia menemukan cahaya terang, terang teramat terang yang selama ini ia rindukan.

Hingga akhirnya...

Ia berhasil keluar dari ilalang-ilalang itu.

Hingga akhirnya...

Ia tahu inilah kebahagiaan yang abadi.

Manakala ia tahu bahwa nestapanya tlah terbalas.


Dengan kegigihannya melewati perjalanan yang panjang, sayap patah itu di gantikan Ratu peri dengan sayap cantik yang memiliki sinar berwarna-warni di setiap sudutnya. 

Sayap indah yang ketika dikepakkan akan mengeluarkan butiran-butiran yang berkilau.


Kebahagiaan adalah;

Ketika kamu bersyukur atas apa yang kamu miliki.

Ketika kamu tetap tersenyum tulus dan segera bangkit dari kegagalan.

Ketika kamu sadar Allah itu lebih dekat daripada nadi.

Ketika kamu percaya atas kemampuan diri sendiri, tanpa perduli apa yang orang bilang tentang kamu.

Ketika kamu yakin, Allah tidak pernah membebani umat-Nya melebihi batas kemampuannya.


Hidup itu sebentar, 

Amat sebentar bagi mereka yang menyia-nyiakan waktu.

Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik.

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan dan kembali mengharmonisasikannya.

Tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu yang bersembunyi. Meski harus mencarinya sendirian.


Ingatlah 3 hal ini, Allah selalu memiliki jawaban atas do'a-do'a hambaNya:

1. Ya!

2. Bukan sekarang

3. Tidak! Aku punya sesuatu yang lebih baik dari yang kau minta.


Jangan larut dalam tangismu, kesempatan masih ada untuk mereka yang mau bangkit kembali dari kegagalan. Buatlah hidupmu yang sebentar ini menjadi senandung kehidupan yang indah dan berarti. 


Salam semangat, Elna Maisella! 


Twitter: @elnamai

Instagram: imelna

Path: Elna Maisella

Facebook: Elna Maisella

Email: emaisella@yahoo.com


Jumat, 30 Oktober 2015

KEMBALI BERAPI-API

Assalamu'alaikum! 

Apa kabar semuanya? It's been a long time gak ngetik-ngetik unyu lagi, hehehe.


Well, first of all... Kecelakaan pesawat Trigana Air pada tanggal 16 Agustus 2015 lalu yang jatuh di pegunungan Okbape, Papua, dan menimpa para sahabat kru kami dan juga penumpang lainnya masih meninggalkan gambar bisu tak bersuara di otakku dan mungkin tidak akan pernah bisa di lupakan...


(Aku dan Alm. Dita saat masih di Caraka dan sudah di Trigana)


Seluruh kru yang ada di dalam pesawat itu, Kapten Hasanuddin, Co-pilot Mas Ariadin, FE Mas Mario, FA1 Mbak Ika, dan sahabat seperjuanganku FA2 Dita. Mereka semua lebih dari sekedar rekan kerja bagiku. Aku mengenal baik mereka semua, mereka sudah kuanggap seperti keluarga kedua, termasuk Dita... Sahabatku sejak kami masih menjalani pendidikan Pramugari di Caraka Nusantara Semesta hingga kami bisa kembali dibersamakan Allah untuk bekerja menjadi seorang Awak Kabin di Trigana Air Service. Rasanya kalau diingat-ingat kembali, seperti mimpi dan aku berharap aku segera terbangun dari mimpi buruk ini. Namun itulah Takdir Allah... Tidak bisa ditentang. Tidak bisa ditolak. Dan tidak ada satupun yang mengetahui apa yang akan terjadi sedetik kemudian. Sesungguhnya, semua yang terjadi di dalam hidup ini tentu meninggalkan hikmah yang pastinya bermanfaat untuk kita semua... Hanya kitanya saja, apakah sudah mempersiapkan bekal terbaik untuk dibawa pulang ke hadapan-Nya.

Wallahu'alam.


(Alm. Mbak ika (kiri) dan aku (kanan))

Anyway, 

Perjuanganku menjadi seorang Pramugari tidak menghentikan langkahku sampai disini.

Nyaris 3 tahun sudah aku terbang tinggi mengangkasa bersama Trigana Air Service. Bertemu dengan penumpang silih berganti. Bahkan terkadang, mereka yang setia terbang bersama Trigana sering menyapaku ketika mereka menjumpaiku lagi di pesawat. Mungkin tanpa sengaja Flight mereka selalu berbarengan saat aku on duty, hihihi. 



Okay, aku akan berkata jujur sekarang. Baiklah... Aku harus siap! Aku siap melambaikan tangan, mengucapkan perpisahan pada teman-temanku di Trigana. 1 Desember 2015 yang akan datang, aku resmi bukan lagi seorang Awak Kabin pada perusahaan tercinta ini. Ya! Memang! Memang sungguh menguras tenaga dan pikiran untuk mengumpulkan keyakinan dan kemantapan hati bahwa aku memang benar-benar siap untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini. Kenapa? Kenapa aku harus mundur? Bukankah ini cita-citaku? Bukankah ini yang aku nanti-nantikan sejak aku masih kecil? Lalu kenapa? Perang bathin itulah yang terus membuat aku harus menentukan keputusan terbaik. 


Tepat pada tanggal 26 Oktober 2015, ba'da dzuhur aku dan keponakanku Tasya Fetriza berangkat dari rumah menuju kantor Trigana. Setelah memanasi mobil, mengisi air radiator, aku dan Tasya pamit pergi dengan ibuku. Siang itu, keponakanku yang juga mengikuti pendidikan pramugari di Caraka akan di interview bersama Chief dan Instrukturku dan bersamaan dengan pengajuan surat Resign-ku. 


(Aku dan Tasya di Kantor Trigana)

Sesampainya di kantor, aku bergegas menuju lantai 2 bersama Tasya. Ku dapati sekitar 5 sampai 6 calon pramugari atau mungkin lebih yang sedang duduk menunggu giliran dipersilakan untuk interview. Seketika, di kepalaku seperti terputar kembali video dokumenter masa-masa 3 tahun lalu dimana aku dan teman-temanku yang lain sedang duduk, menunggu dan gelisah untuk di panggil interview satu per satu. Kemudian perang bathin itu kembali bergejolak, "Elna... Kamu betul-betul siap untuk mengambil keputusan ini?" YA! AKU SIAP KOK! 


(Aku dan sahabatku, Kak Ratu saat baru join di Trigana dengan seragam lama)

Setelah Tasya berkumpul dengan pelamar yang lain, aku meninggalkannya dan menuju ke ruangan milik temanku. Aku berniat meminjam komputernya untuk mengetik surat resign yang nantinya akan ku berikan kepada Chief FA ku. Aku pun mulai mengetik.


Tangan ini tiba-tiba saja gemetar, gemetar karena menahan air mata yang hendak tertumpah. Gemetar karena setiap karyawan dan pegawai yang berlalu lalang menyapaku dengan ramah. Aku tahu, tidak lama lagi aku akan merindukan suasana bersahabat ini. Gemetar karena teman-temanku yang saat itu sedang dikantor shock mengetahui aku akan resign. Gemetar karena tidak kuat, tidak kuat dengan pertanyaan-pertanyaan "Mengapa? Kenapa? Ada apa, Na?" yang di lontarkan teman-temanku yang saat itu berada di kantor juga. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya memohon do'a dari mereka semua agar aku bisa sukses melanjutkan perjalanan hidupku. Begitupun do'aku sebaliknya untuk teman-teman di Trigana. Aamiin Allahumma Aamiin...


Selesai mengetik, sembari menunggu temanku si pemilik ruangan ini pulang dari makan siang untuk membantuku mem-print surat Resign, aku turun ke mushalla. Karena memang aku belum melaksanakan shalat dzuhur di rumah. Selesai berwudhu, aku masuk ke mushalla, memakai mukena yang sudah disediakan disana. Aku mulai membaca niat shalat. Tanpa terasa, baru saja kujalani rakaat pertama, pipi ini sudah dibasahi oleh air mataku yang sejak tadi ku tahan. Aku menangis. Ternyata separuh hati ini masih belum siap mengucapkan selamat tinggal. 3 tahun berlalu begitu cepat. Sangat cepat hingga aku bisa menghitung mundur dari hari ini hingga 1 Desember nanti.


Selesai shalat aku berdo'a, 


"Ya Allah, keputusan yang aku buat ini adalah niat baikku untuk melanjutkan perjalanan hidupku. Terima kasih atas kesempatan yang engkau berikan pada hamba. Sungguh ini akan menjadi pengalaman dan pelajaran berharga yang kelak akan ku bagikan pada anak cucuku jika engkau masih mau memberiku umur yang panjang. Aku memohon kepadaMu ya Allah, permudahkanlah langkahku untuk mendapatkan ridhaMu. Aku ingin, ingin sekali bisa terbang dan memiliki pengalaman indah lainnya yang mungkin bukan disini ya Allah, tapi di tempat lain. Dimana aku bisa menjelajahi berbagai negara dan kota lainnya yang telah engkau ciptakan. Sungguh keinginanku ini semata-mata tidak akan terlaksana tanpa Ridha dariMu ya Allah... Aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku yang kini tinggal ibuku semata. Aku ingin selalu bisa mengukir senyum di wajahnya. Bagiku, senyum bahagia dari ibuku adalah Piala. Piala karena ia bangga memiliki anak sepertiku. Bantulah hamba ya Allah... Hanya engkau yang dapat mengabulkan do'a-do'a ini. Aku berharap niat baikku ini, baik pula di mataMu Ya Allah. Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fiil aakhirati hasanah, wa kinnaa azabannaar. Aamiin ya Rabbal alamiin.."


Aku menghapus air mataku, melihat wajahku dari layar ponsel milikku. Berharap tidak ada yang mengetahui bahwa aku baru saja menangis.


Usai shalat, aku kembali menuju lantai 2 dan duduk di ruang kerja milik temanku. Tidak lama kemudian, ia kembali setelah makan siang.


"Udah, Na?"

"......"

"Saya print yaa..." Lanjutnya,

"Makasih yaa..." Ucapku pelan dengan air mata yang kembali ingin tumpah.


Setelah Tasya dan semua pelamar selesai di wawancarai, kira-kira tepat pada pukul 15.00 aku masuk menuju crew room dan mendapati Chief ku dan Instrukturku sedang berbincang, mungkin masih membahas pelamar-pelamar yang tadi di interview oleh mereka. Memang, beberapa hari sebelumnya aku sudah bercerita pada chief dan instrukturku bahwa aku memutuskan untuk resign pada awal Desember nanti. Namun baru hari ini ku berikan surat resign kepada Chief-ku. 


Sempat mengobrol sedikit, membahas setelah ini aku akan kemana? Melakukan apa? Atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dimana? Memang sejujurnya, aku tidak akan resign tanpa persetujuan ibuku. Ibuku sendiri yang meminta agar aku resign dan di rumah dulu membantunya mengurus usaha kost-kostan milik almarhum Ayahku yang ada di Kuningan, Jawa Barat. Bahkan sempat menawarkanku untuk melanjutkan sekolah pilot di sekolah milik Trigana juga, yaitu Genesha Flight Academy. Bagiku, selama itu permintaan ibuku... Tentu akan ku lakukan sepenuh hati. Selama itu tidak membebani ibuku.


Usai mengobrol-ngobrol, aku dan Tasya langsung pulang ke rumah. Di jalan kami ngobrol banyak. Tasya cerita tentang bagaimana dia di interview tadi. Begitu juga aku, cerita ini dan itu sambil tetap fokus mengendarai mobil dan sampai akhirnya tidak terasa mobilku sudah berhenti di depan rumahku.


Well, saat ini aku masih memiliki kesempatan untuk terbang bersama Trigana hingga akhir November 2015 nanti. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik di hari-hari terakhirku bersama Trigana Air Service.



Trigana Air Service, maskapai yang memiliki rasa kekeluargaan tinggi dengan tetap memiliki satu tujuan yang sama, sifat profesionalitas yang dimiliki seluruh karyawan, serta kebersamaan dan pelajaran yang dengan tulus dibagikan ke setiap rekan kerja.



Aku, Elna Maisella.

Kembali berapi-api. Api semangat ini tidak akan pernah padam. Demi menaiki anak tangga berikutnya. Demi membuka tirai yang menutupi setiap jendela. Demi menyalakan lentera yang akan menerangi ruang-ruang di hadapanku. Demi mencari keajaiban lain yang telah Allah siapkan untukku. Demi membuat grafik hidup tetap menanjak tanpa meninggalkan kewajiban yang Allah tetapkan. Dan tentunya, semua ini ku lakukan untuk membuat hidupku yang sementara dan singkat ini menjadi berarti walau banyak duri yang menancap. Batu-batu yang nakal di sepanjang jalanku. Karena aku tahu, setiap kesedihan dan kebahagiaan yang ku lalui, harus dan wajib aku syukuri. Dengan begitu, perlahan dan pasti aku akan mengetahui maksud yang Allah berikan mengapa aku di ciptakan, untuk apa pula aku di ciptakan. Yaitu demi mengejar Ridha-Nya. Menjaga agar pilar iman dan takwa ku tetap berada pada posisi tegak lurus menuju surga Firdaus-Nya.


Bismillah,

Dengan menyebut namaMu ya Allah,

Aku siap melangkahkan kaki ku menuju jalan terbaik yang telah engkau siapkan untukku. Aku siap untuk kembali menyelami dalamnya lautan kehidupan dengan berbagai rintangan penuh misteri yang mungkin akan membuatku sakit dan menangis. Namun aku tahu, tangisan ini akan digantikan dengan hadiah termanis yang telah engkau siapkan untukku, ya Allah. Aku yakin dan bisa merasakan belaian lembut dari tanganMu. 


Temen-temen,

Aku bakal tulis cerita lainnya lagi yang semoga saja bisa menghibur dan jadi inspirasi buat temen-temen semua (aamiin). Pasti nanti aku ceritain lagi setelah ini apa aku akan tetep jadi seorang Awak Kabin di maskapai lain, atau Penerbang, atau membangun usaha kecil-kecilan, atau mungkin ngelanjutin Kuliah? 


Bye semuanya...

Mohon do'a restu ya! Do'akan agar Allah memberikan yang terbaik untukku ya.

Makasih semuanya karena udah mau meluangkan waktunya membaca ceritaku!

Assalamu'alaikum wr.wb.


Twitter: @elnamai

Instagram: imelna

Path: Elna Maisella

Facebook: Elna Maisella

Email: emaisella@yahoo.com

Rabu, 21 Januari 2015

Believe in yourself!

Namaku Elna Maisella, saat ini aku bekerja sebagai awak kabin di salah satu perusahaan penerbangan di Indonesia, yaitu Trigana Air Service. Aku rasa tidak ada salahnya jika aku berbagi cerita dan pengalamanku untuk mendapatkan pekerjaan ini sebagai Flight Attendant. So ladies and gentleman, please make sure that your seatbelt securely fastened! Hehehe....



Aku anak paling kecil dari 6 bersaudara. Ke lima kakak-kakak ku sudah berkeluarga dan masing-masing dari mereka memiliki anak yang lucu-lucu. Sejak kecil orang tuaku sering mengajakku bepergian naik pesawat. Entah bagaimana ceritanya, aku selalu senang memerhatikan pramugari yang menyambutku dengan ramah setiap kali aku naik pesawat. Mungkin karena itulah aku bercita-cita ingin menjadi pramugari sejak aku masih kecil. 

Ketika aku beranjak SMA, keinginanku untuk menjadi pramugari setelah lulus nanti semakin kuat. Namun aku mengerti, banyak sekali diantara beberapa teman-temanku di sekolah, tidak percaya impianku ini akan terwujud. Karena ketika SMA kulitku hitam dan badanku gemuk. Aku tetap percaya pada diriku sendiri bahwa aku bisa menggapai impianku ini. Pada tahun 2011, saat itu aku tepat kelas 2 SMA, aku mulai rajin browsing mengenai Flight Attendant. Salah satu blog yang paling aku percayai dan selalu aku jadikan sumber informasi adalah Forum Pramugari. 

Sejak menemukan blog Forum Pramugari, aku selalu rajin membuka dan mencatat setiap informasi dari beberapa reader setia FP. Seperti tips menurunkan berat badan, menghilangkan rasa gugup ketika interview, sampai tips menghilangkan bekas luka. Aku pun selalu menjalani tips tips itu.

Pada tahun 2012, aku dan teman-temanku sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional. Beberapa dari teman-temanku juga sudah memutuskan akan melanjutkan pendidikan di Universitas ini dan itu. Hanya akulah satu-satunya siswa di kelas yang sama sekali tidak berminat untuk melanjutkan kuliah. Aku sudah terfokus pada satu titik. Yaitu menjadi pramugari. Untungnya, ibu dan almarhum ayahku selalu mendukung setiap langkah yang aku ambil, selama aku serius dan memang berniat untuk menjalaninya. 

Tepat pada pertengahan 2012, program dietku berhasil (terima kasih atas tips-tipsnya dear reader setia FP). Berat badanku turun hingga 13kg. Timbanganku menjadi 50kg. Ya, kalian tahu kan betapa besarnya badanku sebelum aku menurunkan 13kg? Hehehe. Setiap sore pun aku semakin rajin untuk luluran agar kulitku bersih. Aku semakin peduli untuk merawat diriku agar cita-citaku ini bukan hanya mimpi semata. Teman-temanku banyak yang shock melihat perubahan pada diriku. 

Pada bulan juni 2012, aku lulus SMA. Aku memutuskan untuk sekolah di Caraka Nusantara Prima, yaitu sekolah pramugari yang resmi mendapatkan sertifikat dari Perhubungan Udara. Teman-teman seangkatanku berasal dari daerah yang berbeda-beda. Ada yang dari Palopo, Makassar. Ada yang dari Magelang namun peranakan papua, ada yang dari Banten, sampai ada yang peranakan Belgia dan Belanda. Mereka semua memiliki karakter yang berbeda-beda. Yaa, yang penting Bhineka Tunggal Ika! 

3 bulan menjalani pendidikan meninggalkan pengalaman yang sangat berarti dalam hidupku. Aku tidak akan pernah melupakan kekompakan batchmate-ku ini, juga para instruktur yang setia mengajar kami mulai dari kepribadian, tata rias, mempelajari tipe pesawat Boeing 737-300, 400 dan 500, hingga safety. Rasanya seperti tidak ingin mengakhiri ini semua namun sesungguhnya, perjalanan baru saja di mulai! 


Maskapai pertama yang ku datangi bersama teman-teman se-batch ku adalah Garuda Indonesia. Sayangnya hanya 1 dari temanku yang diterima di Garuda dan saat ini dia sudah terbang disana, si peranakan papua itu. Hihihi. Aku merasa kecewa, aku sedih dan menangis. Namun aku tahu, seperti inilah mencari pekerjaan. Tidak mudah. Kemudian maskapai selanjutnya yang ku coba adalah Lion Air, sebenarnya aku diterima. Namun saat itu usiaku masih 17 tahun, dan minimal harus 18. Aku harus menunggu bulan mei untuk mengikuti training. Sembari menunggu bulan mei, aku mengikuti test di Batavia Air, aku dan 2 orang temanku di terima disana setelah mengikuti 3 test di setiap minggunya. Kami senang sekali! Kami di minta untuk mengisi data karyawan. Aku bergumam di dalam hatiku "Akhirnya yaa Allah..." 

Pulang dari kantor Batavia, aku bercerita pada ibu dan alm. Ayahku. Mereka ikut senang mendengar kabar dariku. Setelah menunggu 2 minggu, tidak ada kabar dari Batavia untuk melanjutkan training. Temanku yang juga di terima di Batavia menerima pesan singkat dari salah satu tim rekrutmen di Batavia.

"Dear Elna, Resha dan Abi. Saat ini Batavia sedang mengalami situasi yang rumit. Ada baiknya kalian mencoba ke maskapai lain. Do'akan pula yang terbaik untuk Batavia yaa..." 

Karena tidak ada kepastian dari Batavia, instrukturku di Caraka memanggil angkatanku yang belum di terima di manapun untuk datang ke Caraka. Ternyata hari itu, chief Flight Attendant dan 2 instruktur dari Trigana Air Service datang ke Caraka untuk menemui kami semua. Kami di minta untuk datang ke kantor Trigana seminggu setelah hari itu. 

Seminggu kemudian aku dan teman-temanku yang lainnya datang ke kantor Trigana Air Service. Aku diantar ibu dan tanteku. Satu per satu dari kami dipanggil untuk di interview. Saat aku di panggil ke dalam, aku sangat gugup. Aku diminta untuk menimbang berat badanku. Kemudian aku di wawancarai oleh chief FA dan salah satu Instruktur. Untungnya, aku bisa menjawab semua pertanyaan yang hampir secara keseluruhan mengenai safety. Setelah di interview aku langsung pulang ke rumah dan menceritakannya pada alm. Ayahku.

2 hari kemudian aku menerima pesan singkat dari chief FA Trigana. Aku diminta untuk mengikuti psikotest di LAKESPRA di daerah Cawang, Jakarta. Pada saat psikotest, aku telat. Jakarta memang tidak bisa diprediksi lalu lintasnya. Mau jam berapapun kita berangkat dari rumah, pasti kejebak macet. Ketika aku masuk ke dalam kelas, semua sedang mengerjakan soal psikotest. Untungnya aku bisa mengerjakan semua soal dengan baik. 

Satu minggu kemudian aku mendapat kabar baik, hasil psikotest ku bagus. Dan aku melanjutkan ke tahap Medical Check Up. Saat itu, aku ingat sekali... Aku baru saja di opname karena sakit tyfus. Dokter bilang aku kecapekan dan makan tidak teratur. 

Benar saja, ketika aku Medical Check Up, hasil darahku menunjukkan kelebihan leucocyd atau kelebihan sel darah putih. Akibat aku baru sembuh sakit. Untungnya chief FA ku sangat baik, beliau masih mengijinkan aku untuk mengembalikan sel darah putihku menjadi normal kembali. Satu minggu kemudian, setelah aku minum vitamin ini dan itu, aku kembali Medical Check Up dan akhirnya Leucocyd-ku kembali di angka normal. 

Aku sangat senang sekali! Rasanya perjuanganku selama ini tidak sia-sia. Aku dipanggil ke kantor untuk mengukur seragam, mengambil koper dan sepatu. Menjalani training selama 2 minggu lebih, dan akan sign kontrak pada awal januari 2013. Ke dua orang tuaku tak henti-henti memelukku ketika mengetahui aku akan sign kontrak januari nanti. Mereka juga menceritakan kepada kakak-kakak ku yang lainnya. 



Tepat pada tanggal 30 desember 2012, siang itu aku berada di RSPP Kebayoran. Ayahku di rawat dan di diagnosa menderita penyakit sirosis atau rusaknya fungsi sel-sel di hati. Aku masih sempat melaksanakan shalat dzuhur di kamar tempat ayahku dirawat. Aku berdo'a semoga ayahku bisa segera sembuh dan kembali beraktivitas. Selesai shalat, aku menarik kursi dan kuletakkan disebelah kasur ayahku. Aku memegang tangannya. Mulutnya tertutup oleh masker yang tersambung dengan botol oxygen. Matanya terpejam, namun ayahku masih berusaha untuk bicara. Kata-kata yang paling ku ingat saat itu adalah; 

"Yaa Allah, kenapa tenggorokan ku sakit sekali... Izinkan aku mendengar suara anak-anakku untuk terakhir kalinya yaa Allah.." Aku hanya bisa menangis dan memandu ayahku untuk melantunkan kalimat laa ilaaha illallah.

Namun sayang sekali, pada pukul 17.55 ayahku menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya. 

Rasanya seperti disambar petir yang sangat besar. Separuh dari bagian hidupku seperti hilang. Ayahku adalah sosok yang paling dekat denganku. Beliau selalu memberiku semangat dan support setiap kali aku gagal saat melamar kerja. Aku tahu, semua yang terjadi di dalam hidup ku adalah skenario yang telah dibuat oleh sang pencipta. Tidak ada yang perlu disesali. Aku bisa mengambil kesimpulan, mungkin ayahku memang sudah harus meninggalkan ke enam anaknya, karena kami semua sudah mandiri. Aku sudah mendapat pekerjaan dan kakak-kakak ku sudah berkeluarga semua. Tinggal ibuku semata yang saat ini harus aku jaga & aku bahagiakan semampuku.



Papa, meskipun papa belum sempat melihat Dena terbang, mengenakan seragam, menarik koper, dan mencium tangan papa untuk pamit berangkat ke bandara... Dena tahu, papa selalu melihat Dena dari kejauhan sana. Love you, Pa! 

Twitter: @elnamai
Instagram: @imelna
Path: Elna Maisella
Facebook: Elna Maisella