Minggu, 22 November 2015
Bom Waktu
Selasa, 03 November 2015
Senandung Kehidupan
Hidup itu bukan soal bangun tidur di pagi hari, pergi ke kampus atau ke kantor, lalu pulang ke rumah dan istirahat.
Hidup itu bukan soal mendapat kebahagiaan dengan memiliki uang banyak dan kerabat di mana-mana.
Hidup itu bukan soal memiliki masalah lantas mencari solusi yang berlawanan dengan arah jarum kompas.
Hidup tidak sehedon itu.
Hidup tidak semonoton itu.
Hidup itu bagai peri kecil bersayap patah di tengah lebatnya ilalang yang tinggi.
Berteman sepi, seorang diri.
Ingin terbang namun tidak bisa.
Ingin berjalan namun banyak semut dan serangga jahat di sekitarnya.
Tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
Selalu terjatuh setiap kali ada lubang dalam yang tidak terlihat.
Demi keluar dari ilalang tersebut, mau tidak mau harus terus berjalan.
Bahkan tidak jarang sesekali sang peri harus memanjati dahan ilalang hingga berada di atas pucuk demi melihat apakah jalan keluarnya sudah dekat ataukah masih jauh?
Peri kecil malang yang harus terus berjalan dengan penuh kehati-hatian.
Terkadang ia merasa lelah, terkadang ia merasa haus dan lapar.
Hingga malam tiba, sinar matahari yang tadinya menyusupi sela-sela ilalang kini sirna.
Gelap datang.
Nyanyian sang burung di kala cerahnya hari tergantikan oleh gemuruh angin yang kencang.
Dingin, hampa dan mencekam.
Peri kecil perlu beristirahat, agar ketika sang fajar tiba, ia sudah memiliki cukup energi untuk melanjutkan perjalanan.
Ketika sang penerang bumi terbit, peri kecil terbangun.
Untuk sesaat ia termenung cukup lama, mengingat mimpinya semalam yang masih tergambar jelas dalam benaknya.
"Dengarlah, ketika dewasa nanti... Kamu akan bertemu begitu banyak hal yang sulit untuk kamu pahami. Akan tiba masa dimana kamu harus berjuang melawan kerasnya kehidupan. Berperang pada bisikan hati dan akal. Hanya kamu yang tahu manakah jalan yang terbaik. Hanya kamu yang bisa memutuskannya. Ketika kamu berhasil melalui segalanya, kamu akan sadar bahwa senandung kehidupan itu sungguh merdu. Bahkan menjadi simfoni dengan alunan melodi yang indah. Teruslah berjalan, teruslah berjuang, kamu tidak sendiri. Ada aku disini." Ratu peri yang cantik mengelus pelan kepala sang peri kecil bersayap patah.
Mimpi yang indah.
Mimpi yang sangat indah, hingga tangisnya memecah atas kerinduannya pada sang Ratu.
Sang peri kecil berdiri dengan penuh semangat, sesekali ia merasakan sakit yang hebat dari bagian sayapnya yang patah.
Kini ia sadar,
Ketika ia terbang tinggi, dengan mengepakkan sayap lebarnya di udara... Bukan berarti dia yang paling hebat. Masih ada burung-burung yang lebih besar bahkan terkadang usil menabraknya kencang hingga akhirnya ia terjatuh dan membuat sayapnya patah.
Kini ia sadar,
Ketika ia sedang berada di antara awan-awan cantik seputih kapas ia harus ingat bahwa masih ada langit biru yang luas lagi di atas sana.
Kini ia sadar,
Kebahagiaan yang abadi itu bukan sekedar memiliki sayap.
Kebahagiaan yang abadi itu bukan merasa paling berjaya ketika diatas awan, lalu melirik ke daratan, melihat semua yang ada dibawah bagai partikel-partikel kecil yang tidak berarti.
Ia sadar, makhluk-makhluk yang ada di daratan pun melihatnya begitu kecil dan tidak berarti ketika di atas sana.
Kebahagiaan yang abadi adalah...
Ketika ia terus melangkahkan kaki kecilnya demi mencari celah untuk keluar dari ilalang lebat yang mengerikan.
Ketika ia berhasil menahan lapar dan haus.
Ketika ia berhasil menahan sakit dari luka yang ada pada sayapnya.
Ketika ia berhasil menjinakkan serangga mengerikan sekalipun.
Hingga akhirnya...
Ia menemukan cahaya terang, terang teramat terang yang selama ini ia rindukan.
Hingga akhirnya...
Ia berhasil keluar dari ilalang-ilalang itu.
Hingga akhirnya...
Ia tahu inilah kebahagiaan yang abadi.
Manakala ia tahu bahwa nestapanya tlah terbalas.
Dengan kegigihannya melewati perjalanan yang panjang, sayap patah itu di gantikan Ratu peri dengan sayap cantik yang memiliki sinar berwarna-warni di setiap sudutnya.
Sayap indah yang ketika dikepakkan akan mengeluarkan butiran-butiran yang berkilau.
Kebahagiaan adalah;
Ketika kamu bersyukur atas apa yang kamu miliki.
Ketika kamu tetap tersenyum tulus dan segera bangkit dari kegagalan.
Ketika kamu sadar Allah itu lebih dekat daripada nadi.
Ketika kamu percaya atas kemampuan diri sendiri, tanpa perduli apa yang orang bilang tentang kamu.
Ketika kamu yakin, Allah tidak pernah membebani umat-Nya melebihi batas kemampuannya.
Hidup itu sebentar,
Amat sebentar bagi mereka yang menyia-nyiakan waktu.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan dan kembali mengharmonisasikannya.
Tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu yang bersembunyi. Meski harus mencarinya sendirian.
Ingatlah 3 hal ini, Allah selalu memiliki jawaban atas do'a-do'a hambaNya:
1. Ya!
2. Bukan sekarang
3. Tidak! Aku punya sesuatu yang lebih baik dari yang kau minta.
Jangan larut dalam tangismu, kesempatan masih ada untuk mereka yang mau bangkit kembali dari kegagalan. Buatlah hidupmu yang sebentar ini menjadi senandung kehidupan yang indah dan berarti.
Salam semangat, Elna Maisella!
Twitter: @elnamai
Instagram: imelna
Path: Elna Maisella
Facebook: Elna Maisella
Email: emaisella@yahoo.com